Sabtu, 27 Oktober 2012

17th Agnes renata

BAW..

ini pertama kalinya loh BAW , bangun pagi22..

kita udah rencanain ini berhari-hari, dan semuanya berhasil!!

seeneeenggggg banget rasanya..

BAW udah dua tahun loh sekarang,..

kemareen mah janjiannya jam setengaah limaa, tapi feni sama galuhh pada gabangun22 , dan akhirnya kita kumpul jam 5 dirumah oci..

terus kita kerumah agnes, langit masih gelap,,

tapi kita udah bawa kado, plus kue..

untungg udah kompromi dulu sama nyokapnya agness :)

dan akhrnya kita dibukain pintu, dan kita kekamar agnes, nanyi happy birthday..

agnes sexyy lohh ,ilernya masih kmana22 .. biasaaa---

HAPPY SWEET SEVENTEEN th yaa agness, kita berharap lu bisa jadi yang lebih baikn :)

semoga cepet dapet pacaaarr yaaa :))

-BAW- 28november2012-

sepuluh duaa deeh


Sepuluh duaa angkatan 6 smantic..


Huaaa… bedaa banget loh rasanya. Sekarang udah pisah kelas sama anak anak X-2 , rasanya itu gamau pisaaaaahhh.. Wali kelas kita itu lohh. Baik banget ,


Waktu kita ada masalah yang bener parah.. dedy rojat gak ada sama sekali marah sama kita.. dia Cuma bilang  “yaudah lain kali jangan diulangin”. . pas awal masuk X-2 itu bagaikan anak bego yang gangerti mesti ngapain.. gapunyaa temen , tapi lama kelamaan semua bisa jadi kaya saudara..


INGET DEH :3


Waktu itu tanggal 28juni2012 kita nginep sehari semalem di lalembo’s villa. Ada yang renang, ada yang nyanyi22 , ada yang mandi bareng, ada yang main kartu.. semuanya kita lakuin bareng bareng..


Walaupun pas diperjalanan banyak hambatan, tapi pulang kerumah itu gak ada kata nyeselnya.


Pingin deh sekelas sama mereka mereka lagi.. tapi gak bakal mungkin.. lalalalaaaaa…. Sepuluh dua itu kompaaakk banget.. pas lagi bukber kemaren ajaa , ujan deres mereka masih tetep usaha buat dating walaupun basah kuyup , semuannya tetep seneng.



beda ya :)

sebenernya sedih n batin loh kawan :) cuma lu gatau ajaa,,
yang paling nyesek itu, karna lu ngejelkin gua, udah ko itu doaaanngg sekiaaannnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn.............

Rabu, 05 September 2012

they are more than best friends :)


BLACK ANGELS WINGS

Gak terasa gua udah sahabatan sama baw 3 tahun loh..

Dari mulai tanggal 5SEP2012 , sampai hari ini. Awalnya BAW itu Cuma nama mainmain doang itu juga gak sengaja nyiptainnya. Berawal dari mainmain disaung, jadi ada nama BAW deh.

BAW anaknya gacantikcantik koo, cumaa baik baik.

BAW tadinya ada 9 orang, dan sekarang jadi 8 orang.. 1 orang itu keluar bukan karna kita yang nyuruh loh, keluar sendiri karna sesuatu hal yang spele deehh.. walaupun dianya udah pisah , tapi kita semua masih temenan baik ko.

Nama anak anak BAW : Clementine galuh, Christina Rosi, Feni agustine, Maria Yunastia, Claudia Ratnasari, Patricia Carmelita ayu, Agnes renataa daann gua.

Bahagia banget punya sahabat yang lebih lebih dari sekedar sahabat, seneng sedih pernah kita laluin bareng. Apalagi pas lagi widya wisata diJogja , waktu itu BAW masih 9 orang loh.. Kita tidur barengbareng 1 kamar yang sempit, tapi itu asyiknya! Kita tau banget sifat dari masingmasing anakk.

·       Tia : sekarang sekolah di SMA MY DEPOK. Dia itu anaknya paling royal, cerewet, pinter , baikk.. Dan dia itu paling tinggi di BAW. Dia kalo udah ngeliat cowok calep putih cina lagi, beehhh langsung melotot kali itu mata *ehh. Mantannya tia banyak banget loh ada luki, dodo, dll dehh wkwk
·       Ayu : sekarang dia sekolah di SMA RP BOGOR. Hebaat yaa J dia itu anaknya paling kalemm. Kalo nyanyi suaranya TOP dehh. Pinter banget ngearansemennya.
·       Feni :sekarang dia sekolahnya di SMAN 3 CBNG . samaaa kaya gua n oci. Dia itu anaknyaa palingpaling ngaret deh pokoknya. Dia jagoo bnget bhasa inggris lohh..
·       Rosi : sekarang dia sekolah di SMAN 3 CBNG , samaa kaan kayaa gua.. haha . dia  itu mantannya rizal, *ehh . dia cantik loh , banyak bnget yang sukkaaaa. Suaranya juga baguss, dia paling sering jadi dirigen di smantic..
·       Claudia : sekarang dia sekolah di SMKN 1 CBNG. Anaknya ituu cengennng , sukan nangiss :P tapi dia itu mantep bnget kalo udah disuruh ngedit mengedit.. kreativnyaa minta ampunnn.. jadi inget pas SMP , kalo lgi makan breng orang yang dia sukaa, pasti gak abiisss.
·       Agnes : sekarang dia sekolah di SMK 1 PGRI CBNG. Dia ituu anaknya benerbener pede dehh. Jago ngedance lohh..
·       Galuh : sekarang dia sekolah di SMK 2 PGRI CBNG . Dia itu kecil kecil caberawit. Kalo ngeliat gambarannya dia. Pada kaget deh pasti J dia calon calon desainer handal spertinyaa wkwk.. dia pernah juara 1 lomba kalikatur se-kabupaten lohh..
·         Gua .. hemm ,, kalian aja yang nilei. .
Makasih yaa BAW udah mau jadi sahabat yang benerbener berarti buat gua J loveyou!!!!

Selasa, 04 September 2012

bintang kecil untuk hatiku (written by : my brother)


BINTANGKECIL UNTUK BINTANG HATIKU



1

Aku hanyalah anak dari keluarga sangat sederhana, dengan ayah sebagai tukang becak dan ibu seorang tukang cuci. Hidup dalam sebuah kota besar, dengan mengandalkan penghasilan yang pas-pasan dari kedua orangtuaku. Berbagai masalah hidup seakan telah menjadi makanan sehari-hari keluarga kami, dan salah satunya yang paling sering yaitu masalah ekonomi.

Semua pengalaman tentang kerasnya hidup dan arti hidup, telah aku rasakan sejak kecil. Hidup dalam keluarga yang lembut namun dalam masyarakat yang keras.tidak mudah untuk hidup di daerah yang merupakan lingkungan kumuh dan penuh dengan preman. Lingkungan yang telah mendewasakan diriku dan membangun mentalku kuat. Namun sifat ini menjadikan aku berani dalam menghadapi segala rintangan tanpa mengeluh. Dan sejujurnya sifat keras kepala yang aku miliki, membuat aku merasa sering membuat kesalahan karena selalu merasa benar, dan sifat yang terkadang membuat bertengkar dengan kedua orangtuaku.

Berawal dari masalah sekolah, ketika aku ingin masuk SMA, lagi-lagi aku bertengkar mulut dengan kedua orangtuaku. Sifat kerasa kepalaku kembali muncul hal yang aku inginkan tidak bisa kulakukan. Aku tidak meminta hal yang sulit untuk kedua orangtuaku penuhi,  hanya ingin membantu mereka bekerja dan mencari penghasilan untuk keluarga. Namun hal ini ditolak oleh kedua orangtuaku dan membuatku bertambah semakin dongkol saja.

Aku merasa hal ini positif, karena aku berhenti sekolah untuk membantu mencari nafkah bagi keluarga. Pikirku, lebih baik aku mencoba membicarakan semua dengan ibuku, yang mungkin akan lebih mengerti.

“Nggaaakkk!!!” Suara ibu membentak diriku.

“Kenapa bu, aku Cuma pengen bantu!!! Aku juga pengen buat keluarga kita bahagia” Aku mencoba menjelaskan.

”ibu tau maksud kamu baik, tapi bukan begini caranya untuk membuat orang tuamu bahagia. Lagipula ayah dan ibu masih sanggup membiayai kamu dan adikmu. Ayahmu masih kuat mengayuh becak, ayah masih sanggup berjemur di teriknya siang, dan ayahmu juga pasti tak ingin kamu punya pekerjaan seperti dia. Menjadi seorang tukang becak dengan penghasilan pas-pasan.” Ibu mencoba menasihatiku dengan tetap tenang.

“Tapi bu,,,,, ayah sudah cukup tua dan bekerja sebagai tukang becak bukanlah pekerjaan yang mudah lagi seperti dia muda dulu. Dan maksud aku tuh baik” Aku tetap bersikeras.

Beberapa saat suasana di dalam terasa sangat sepi, entah apa yang ada di pikiran ibu sehingga tak menjawab pernyataanku itu. Seperti ada yang ingin di ungkapkan namun terasa sangat berat baginya.

“Don, suatu kebahagiaan orangtua tak akan pernah terbayar dengan materi yang diberikan anaknya. Dan orangtuamu ini akan lebih bahagia ketika melihat anaknya mampu berprestasi di sekolah ketimbang bekerja. Kamu masih butuh sekolah, masih butuh pendidikan dan masih butuh waktu bermain dari pada bekerja.” Ibu mencoba menjelaskan, namun  seketika itu juga ibu menitikkan air matanya. Entah apa yang dipikirkan ibu, tapi aku bisa membaca matanya yang masih menyembunyikan sebuah kesedihan. Dan bukan hal ini yang menjadi penyebab utama ibu menangis.

 Namun tetap saja perasaan seorang anak ketika melihat ibunya menangis merasa ikut bersalah pula. Seketika pula pikiran dan hatiku seperti tersambar petir, perasaan yang tidak karuan dalam hati membuat pikiranku kacau. Baru kali itu aku melihat ibu menangis di hadapanku, dan sepertinya aku yang telah membuat ibu menangis. Serasa sangat berdosa sekali diriku ini ketika membuat menangis seorang ibu yang membesarkan aku. Aku mencoba memeluk ibu dan terhanyut dalam dekapannya.

“ibu maafin Doni, bu,.” Dengan memeluk ibu, dan sambil mengucurkan air mata aku terus mengucapkan kata maaf. Namun belum ada sepatah katapun dari ibu. Entah apa yang ada di benaknya.

“Don, kamu tolong buat ibu bahagia ya. Kamu harus sekolah, buat ibu bangga dengan prestasimu. Ibu dan ayah pasti akan berjuang untuk membiayai kamu dan adikmu. Berikanlah kebahagiaan dengan prestasimu.” Tiba-tiba ibu berbicara seperti itu.

“jeleeeegaaaarrrr….jeleeeeegeeeeerrrr….” Seperti ada Guntur yang menyambar dalam hatiku, dan membuat aku tak sanggup menahan air mata sehingga menangis sejadi-jadinya.

“Hikssss….hikkksssss….hiksss….” Tak mampu aku berkata apa-apa lagi ketika mendengar semua nasihat ibu, hanya menangis dan menangis.

Aku memang pria dengan mental kuat, namun tetap menjadi lemah ketika melihat tangisan seorang wanita, apalagi ibuku sendiri. Belum mampu aku untuk beranjak dari ruangan itu, kaki masih terasa sangat berat dan tubuh masih terasa lunglai. Namun tak dapat disembunyikan perasaan nyaman ketika berada di pelukan seorang ibu, walaupun suasana saat itu sedang haru.

“Ma, Doni pergi ke kamar dulu ya.” Ibu tidak mengucapkan sepatah katapun. Namun suasana di ruangan itu perlahan mulai tenang. Dan beranjak aku meninggalkan ibu. Masih belum tega rasanya untuk meninggalkan ibu, dan kulihat ibu dari hordeng yang memisahkan ruang tamu dan dapur.

“Kenapa ma???” Tiba-tiba kulihat ayah datang dan merangkul ibu, dan disitu kembali kulihat ibu tak mampu menahan air matanya.

“Pa, kita harus berusaha terus untuk membuat anak kita bisa sekolah. Entah bagaimana caranya, namun kita harus tetap kuat. Ibu gak mau liat doni dan riska menjadi seperti kita” Ibu menjelaskan dengan terus berlinang air mata.

“Ya, TUHAN kuatkanlah Ibu dan ayah untuk menghadapi semuanya.” Masih merasa sangat bersalah diri ini, dan aku merasa sangat bodoh. Namun dalam hati kecil ini terus berdoa, agar orangtuaku kuat. Tak sanggup aku meyaksikan dan mendengarkan terus obrolan mereka. Dan kurasa aku takkan sanggup menahan tangis jika terus mendengarkan. Segera aku pergi ke kamara dan mengunci pintu.

“Ya, TUHAN apa yang telah aku lakukan??? Hati orangtua yang telah membesarkan aku telah kusakiti. Inikah balasanku atas jasa mereka??? Dan materi yang berlimpahpun tak mampu membayar atas jasa mereka. Namun sekarang aku malah membalasnya dengan suatu beban, untuk hati mereka. Aku harus berusah mencari penghasilan sendiri dan berprestasi dalam sekolah” Sesaat aku bergumam dalam hati dengan perasaaan bersalah.

Aku merenung dan saat kutatap langit, seakan mereka juga tak bersahabat dan tak mampu menenangkan hati yang gundah ini. Langit mendung, petir bersahut-sahutan dan tak ada bintang dan bulan yang sangat indah.

Walaupun tadi bertengkar dengan ibu, tidak menghentikan tekatku untuk mencari biaya tambahan  dan tidak boleh ada yang tahu. Namun ada sesuatu yang masih membuat diriku penasaran dengan hal yang membuat ibu menangis. Aku mencoba tetap berpikir dengan akal sehat, bahwa ibu menangis karena perasaan seorang wanita yang memang sensitive.

Tak terasa sudah dua jam lebih aku merenung. Hari telah larut malam dan jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, aku beranjak dari jendela dan menuju kasur. Aku mencoba memejamkan mataku untuk melupakan kejadian hari ini. Namun rasa gelisah terus berkecamuk dalam hati dan pikiran. Terus mencoba memejamkan mata namun tetap tak bisa. Rasa penasaran it uterus menghantui diriku.

Masih tak mampu aku memejamkan mata, dan tenggorokkan inipun terasa sangat kering. Aku bangun dan menuju dapur untuk mengambil air minum.

Ketika menuangkan air, tak sengaja aku menguping obrolan ayah dan ibu, yang ternyata dari tadi masih belum selesai dan masih membahas tentang sekolahku dan adikku.

“Pa, mama masih bingung bagaimana mencari dana untuk sekolah Doni dan Riska, serta uang pengobatan untuk ginjal Riska.” Ibu menjelaskan kepada ayah.

“Ha???? Pengobatan Riska???” Aku terkejut ketika mendengar kalimat itu.

Sampai saat ini aku tidak tahu kalau Riska mempunyai penyakit yang berhubungan dengan ginjal. Aku terus menguping untuk menemukan jawabannya. Namun tiba-tiba ayah mengajak ibu untuk tidak membahasnya.

“Ma, jangan ngomong di sini nanti di dengar anak-anak.” Ayah mengajak ibu ke kamar.

Semakin penasaran saja aku, namun belum mendapat jawaban yang pasti. Sepertinya penyakit yang dimiliki Riska, terlihat parah. Sehingga orangtuaku tidak memberitahunya sedikitpun kepada aku dan Riska.

 

 

2

                                Esok paginya

Baru kali itu aku melihat ayah menangis dan baru kali itu pula ayah bersikerasa untu

Seketika hati seperti tersambar petir dan kaki serasa lemas tak berdaya Tak mudah bagi kedua orangtuaku berjuang dalam menghadapi rintangan, untuk berjuang menyekolahkan aku dan adikku.

Terasa sedih ketika wajah yang kusam dan peluh menetes stelah

Melihat banyak teman-teman sebayaku yang berasal dari keluarga kaya raya, jatuh dalam sebuah lubang kelamnya hidup dan terjerumus dalam suatu nikmatnya kebahagiaan dunia. Bagi mereka hidup hanyalah sebuah kebahagiaan, yang dapat mereka nikmati saat ini. Tak ada keinginan mereka yang tidak dapat terpenuhi, dengan uang yang mereka dapat dari orang tua mereka

                Sementara aku??? Aku hanya merasa seperti semut


cerpen "saat terakhir tentang eyang yang udah tenang disana"


SAAT TERAKHIR

Tak terasa sudah 10 hari aku berlibur disini, aku pun kembali ke tempat tinggalku.

Dua bulan setelah liburan tersebut , tepatnya bulan November 2011. Aku mendapatkan kabar buruk dari nenekku di sana. Kabar buruk tersebut ialah tentang kakekku, kakek yang sangat aku sayangi, kakekku yang sangat aku cintai, Ia terkena sebuah musibah yaitu kecelakaan sepeda motor. Aku dan semua keluargaku pun sangat panik. Hari pertama, kakekku hanya merasa sakit dibagian perutnya. Mamaku pun memutuskan untuk pulang ke Jawa untuk melihat kakekku, ketika di Bandara , nenekku bertanya kepada mamaku apakah Ia pulang ke Jawa . Mamaku pun mengatakan tidak, Ia berbohong, Ia ingin membuat surprise kepada kedua orangtuanya. Ketika mamaku tiba di Bandara Yogyakarta, Ia mendapatkan kabar bahwa Ayahnya sedang kritis. Mamaku pun menghubungi papaku, malam itu tepatnya hari sabtu, aku memutuskan untuk tidak bersedih karena kondisi kakekku, dan teleponku pun berdering. Ternyata dari papaku, Ia mengatakkan bahwa kondisi kakekku kritis. Ketika kata-kata tersebut keluar dari mulut papahku, tawaku berubah menjadi isak tangis, tak peduli seberapa banyak orang yang melihatku menangis, Inilah peraasaanku. Dan aku pun sampai di rumah. Ketika aku sampai dirumah semua barang telah dikemas untuk pulang ke Jawa.

Ketika di perjalanan , banyak hal yang menghalangi aku dan semua keluarga besar mamaku untuk sampai disana. Macet, kehabisan bensin, Ban mobil kempes, kesasar , itu semua adalah halangan ketika aku dan semua keluarga mamaku melakukan perjalanan kesana. Ketika diperjalanan , aku dan semua keluarga mamaku berharap bahwa ketika aku tiba disana dan menemani kakekku, Ia akan sembuh dan akan kembali bersama lagi. Malam ketika di perjalanan, tanteku menghubungi omku, entah apa yang dikatakan oleh tanteku, Omku meneteskan air mata. Aku tak mengerti apa yang terjadi, namun ketika aku melihat omku menangis, aku pun mulai menangis meski aku tak tau apa penyebabnya. Fikiranku mulai negative, aku memikirkan suatu hal yang paling terakhir di kehidupan setiap manusia. Aku berfikir , apakah semua harapanku akan menjadi MIMPI, kuharap TIDAK.

Aku pun tiba, ketika aku sampai di jalan dekat rumah kakek dan nenekku. Aku melihat bendera kuning, air mataku pun menetes , tak sanggup aku menahan semua perasaanku. Aku pun masuk kerumah nenekku, dan..

……………………….

Aku melihat sosok kakekku, kakek yang begitu sabar menghadapi cucunya, kakek yang selalu ingin terbaik untuk anak dan cucunya, terbujur kaku di sebuah peti yang telah di hiasi bunga. Ia memakai sebuah jas yang ia sukai, Ia tampak sangat tampan dan berwibawa. Tangisku meledak kencang, semua menangis. Kutatap nenekku , Ia berdiam melihat sosok suaminya. Tak terbayang bahwa liburanku kemarin bersama kakekku , adalah liburan yang terakhir aku dengan dirinya. Takkan adalagi candatawanya, takkan ada lagi nasihat dari dirinya, takkan adalagi pelukkan dari dirinya. Semuanya hilang begitu saja, Ia telah tiada , Ia telah pergi. Aku pun mulai menatap wajah kakekku , aku memegang tangannya, dan aku berdoa agar Ia dapat di terima di sisi Tuhan. Mulut kakekku masih mengeluarkan cairan seperti abu rokok. Sakitnya hati ini mengingat semua kenangan aku dengan dirinya, ketika ku bayi Ia memandikanku, Ia mengecup keningku. Hanya 15 menit aku dan keluargaku dapat melihatnya, dan peti pun ditutup. Ia di kuburkan.



Penyesalan memang selalu datang terakhir, aku belum dapat membahagiakan dirinya. Ketika liburan kemarin, aku selalu membantah nasehatnya, aku selalu berkata kasar kepadanya, aku tak tahu mengapa liburan waktu itu, aku merasa Ia tidak pernah mengertiku. Tetapi sekarang , setelah aku berfikir IA adalah sosok kakek yang didambakan semua cucu. Sungguh aku menyesal tidak memanfaatkan liburan waktu itu untuk membahagiakan dirinya.  Takkan pernah aku melupakan semua nasehat, motivasi dan pesan darinya. Hanya 15 menit aku dapat melihat saat terakhir darinya. Waktu yang dapat dikatakan hanya sebentar, namun itulah kenyataannya.



Sekarang aku tahu , bahwa aku tak boleh bersikap kasar lagi terhadap semua orang dan kita harus memanfaatkan semua waktu kita untuk berbuat baik. Kita takkan pernah tahu , kapan Tuhan akan memanggil kita. Takkan kuulang penyesalanku yang terlambat ini. Satu kata yang dapat kukatakkan saat ini , aku masih merasa ada sosok Kakekku di dekatku meski Ia telah tiada.

KENANGAN TERINDAH BERSAMA KAKEK TAK AKAN PERNAH KU LUPAKAN , WALAU IA TELAH TIADA, IA TETAP MENJADI KAKEK YANG TERBAIK DIHIDUPKU.
JUDUL CERPEN : SAAT TERAKHIR
NAMA                  : FRANSISCA SINTA
KELAS                    : X-2 SMAN 3 CIBINONG